![]() |
Ilustrasi Aksi Perampokan |
Menarik dari kejadian ini karena sasaran rampok justru orang paling berkuasa di negara itu, dimana seluruh perangkat dan alat negara seperti tentara dibawah perintahnya. Sedangkan menggelikan, kok pegawai sekelas staf kepresidenan tanpa perlawanan begitu mudahnya terperdaya dengan aksi kawanan rampok.
Lagi pula negara itu banyak mencetak milyader dari cabang sepak bola, masa tindak kriminal perampokan malah tinggi. Ini menandakan terjadi kesenjangan sosial begitu jauh di negara itu, lain halnya bila kasus tindak kriminal perkelahian atau pembunuhan.
Media setempat melapokan, peristiwa itu terjadi, Kamis (13/1) lalu, kawanan perampok bersenjata berhasil memaksa petugas kepresidenan menyerahkan uang dalam ransel sepulangnya dari bank.
Sejatinya uang tersebut untuk membiayai beberapa pejabat negara itu yang ikut dalam rombongan Presiden Fernandez melakukan lawatan kenegaraan ke Timur Tengah. Setelah berhasil merampas uang itu, pelaku kemudian kabur secepat kilat dengan sepeda motor.
"Perampokan terjadi kemarin Kamis dan peristiwa itu sudah dilaporkan kepada polisi," kata juru bicara pemerintah Alfredo Scoccimarro.
Saat itu, utusan Presiden Fernandez mengambil uang tunai untuk perjalanan ke Turki, Qatar dan Kuwait. Duit itu disiapkan untuk mengongkosi biaya pejabat negara itu yang ikut mendampingi staf kepresidenan ke Timur Tengah.
Alfredo mengakui, insiden perampokan itu terjadi di tengah melonjaknya tindak kejahatan di Negeri Tango. "Pelaku kebanyakan menggunakan kendaraan," timpalnya. Di dalam banyak kasus yang terjadi, sebutnya, perampok menargetkan masyarakat yang baru saja diketahui meninggalkan bank dan membawa uang tunai dalam jumlah besar.
Menurutnya, warga Argentina sudah sangat kesal dengan tingkat kriminal yang semakin tinggi di negaranya. Dia mencontohkan Maret 2009 lalu, dimana sekitar 10 ribu orang berunjuk rasa di ibukota Argentina, Buenos Aires, demi mencari dukungan masyarakat, untuk memusuhi para pelaku kriminal di negara itu.
Tak maen-maen, mayoritas pengunjukrasa mengusulkan pemberlakuan kembali hukuman mati bagi tindak kriminal dinegara itu. Hukuman mati tersebut sudah tak berlaku lagi sejak 1984. Saat itu, Argentina baru mengakhiri tujuh tahun rezim militer. Diperkirakan sebanyak 30 ribu orang tewas terbunuh pada masa berlakunya hukuman mati kala itu.
Masih terkait aksi perampokan yang belakangan meningkat di Negara pemain terbaik sepak bola dunia, Lionel Messi itu, sejumlah organisasi setempat menggunakan banyak media untuk kampanye keamanan negara, termasuk melalui situs di internet. Mereka mengklaim mendapatkan dukungan dari 106 ribu orang melalui Facebook, untuk pemberlakuan hukum mati bagi tindak kriminal tersebut.
Mungkin kebetulan atau memang sudah direncanakan? Yang pasti sebelum uangnya berhasil digasak kawanan perampok negaranya, Presiden Argentina Cristina Fernandez, memang tengah disorot habis-habisan oleh rakyatnya terkait meningkatnya tindak kriminal di negara itu.
Cristina Fernandez dituding kurang fokus menangani kejahatan, sehingga tindak kriminal tiap tahunnya malah meingkat. Kritikan dibalas bantahan Menteri Kehakiman setempat dengan mengatakan, usaha yang dilakukan pemerintah sudah menempatkan Argentina sebagai bangsa dengan angka pembunuhan terendah dalam masa ini.
Tidak ada komentar: