(dok : KOMPAS.com) |
Semarang — Peringatan perayaan HUT ke-65 Kemerdekaan Republik Indonesia di Kota Semarang, cukup unik dilaksanakan. Dimana sebagian masyarakat ada yang memastikan akan meniadakan kegiatan malam tirakatan, lazimnya berlangsung malam hari menjelang tanggal 17 Agustus.
"Rasanya dengan kondisi saat ini yang di semua aspek karut-marut, kami butuh teladan yang baik dalam semua aspek kehidupan di masyarakat. Bukan lagi sekadar seremoni malam tirakatan," ujar Jatmantoko, warga di Kelurahan Kedungmundu, Kecamatan Tembalang, Kota Semarang, dikutip dari Kompas.com, Senin (16/8/2010).
Tradisi malam tirakatan adalah tradisi seremoni umum berlangsung di semua kampung ketika saat akan merayakan HUT Kemerdekaan RI setiap tanggal 17 Agustus. Ritualnya, pada malam hari pada 16 Agustus, warga di tiap-tiap RT atau RW menggelar malam tirakatan. Mereka berkumpul dalam suatu tempat, bisa gedung pertemuan, di bawah tenda atau cukup menutup jalan kampung lalu duduk bersama di atas tikar yang digelar di jalan.
Pada malam tirakatan itu akan diisi dengan sambutan ketua panitia di tingkat RT atau RW suatu kelurahan, kemudian ada sambutan ketua atau perwakilan pengurus RW dan berikutnya puncak malam tirakatan dengan mendengar kisah sepotong sejarah para pejuang dalam merebut kemerdekaan.
Bagian ini biasanya diisi oleh tokoh masyarakat, terutama pada dosen, guru, atau pegawai pemerintah. Meski acaranya terkesan sederhana, tetapi juga membutuhkan biaya karena mengumpulkan warga lebih datri 600 orang dalam satu RT atau lebih dari 1.500 orang di tingkat RW juga memerlukan makanan ringan dan minuman. Dana penyelengaraan ini masing-masing antara Rp 2,5 juta sampai Rp 6 juta.
Mendasari peringatan 17 Agustus 2010 jatuh bersamaan dengan kegiatan puasa dan ibadah shalat tarawih kaum Muslim pada bulan Ramadhan, setelah melalui pembahasan di rapat RW 04 Kelurahan Kedungmundu sebulan lalu, ternyata menghasilkan kesepakatan bahwa malam tirakatan ditiadakan.
Banyak warga berpendapat, malam tirakatan diganti menjadi kegiatan mengaji dan menyimak bacaan kitab suci Al Quran di masjid atau mushala. Dengan begitu, warga akan memperoleh dua manfaat, yakni khusus menjalankan ibadah shalat tarawih serta menambah pahala mendengarkan bacaan Al Quran.
Nah, berhubung malam tirakatan juga mengalami penundaan, begitu akhirnya dengan malam resepsi memperingati HUT ke-65 Kemerdekaan RI pun juga menyatu dengan kegiatan ibadah shalat tarawih dan tadarus Al Quran.
Tidak ada komentar: