ilustrasi (google images) |
Menurut tim analis PT Monex Investindo Futures, euro masih terpuruk akibat rendahnya permintaan obligasi pemerintah Italia yang kembali membangkitkan kecemasan terhadap utang Eropa.
"Ketakutan akan masalah utang Eropa belum hilang dan ini tercermin dari lemahnya permintaan lelang obligasi Italia," kata analis Scotia Capital, Camilla Sutton seperti dikutip dari buletin monexnews, Senin (16/8/2010).
Menurutnya, laporan GDP Jerman memang bagus dan berdampak positif bagi euro. "Namun kegagalan Euro melanjutkan reli pascapublikasi data bukanlah pertanda yang baik," tambahnya.
Sementara itu, premi yield obligasi pemerintah Spanyol melebar hingga 172 basis poin, tertinggi sejak 19 Juli lalu. Dan, premi obligasi pemerintah Yunani melejit hingga 829 bps, tertinggi sejak ECB mulai membeli surat utang pemerintah pada 10 Mei.
Data hari ini juga menunjukkan lonjakan pinjaman perbankan Spanyol dari ECB. Sehingga investor internasional sepertinya masih enggan memberikan dananya sehingga perbankan Spanyol semakin tergantung kepada ECB untuk menjaga likuiditasnya.
Tingginya biaya pinjaman dapat membahayakan kesehatan anggaran pemerintah.
Di pasar AS, saham AS berayun antara naik dan turun setelah kepercayaan konsumen melebihi perkiraan dan penjualan ritel turun diluar dugaan.
Sehingga volume perdagangan hari Jumat rendah yang disertai dengan pasar bergerak keluar masuk area negatif, meski ditutup turun. Berbagai laporan ekonomi mempengaruhi mood investor, dan earnings dari peritel yang buruk mengecewakan pelaku pasar.
Namun data kepercayaan membantu mematahkan spekulasi penjualan ritel di AS sedang melambat, sementara itu kenaikan pada inflasi memicu optimisme Federal Reserve tidak akan mengambil tindakan untuk menghadapi deflasi.
Rupiah diperkirakan akan berada di level support antara Rp8.911-8.961 per USD dengan pivot level di Rp8.983 dan resistance level di Rp8.997-9.055 per USD
Tidak ada komentar: