(SUARAPUBLIC)-Hujan yang mengguyur perhuluan Sungai Kapuas beberapa hari terakhir ini membuat tiga kabupaten yang dilintasi sungai tersebut yakni Sintang, Sekadau dan Sanggau dihantam banjir. Meski belum ada korban jiwa, namun ratusan rumah warga dilaporkan terendam.
“Banjir terjadi akibat luapan air Sungai Kapuas dan Sungai Melawi. Air mulai naik sejak hari Jumat pagi (8/1),” ucap H Sudirman SSos MSi, Camat Sintang Kota dihubungi Equator dari Pontianak, tadi malam.
Meluapnya debit air kedua sungai tersebut terjadi seiring tingginya curah hujan yang turun di daerah perhuluan Kabupaten Sintang. Tak pelak, sebagian besar wilayah Kecamatan Sintang Kota, khususnya di sekitar muara Sungai Melawi ke Sungai Kapuas pun terendam.
“Di Kecamatan Sintang Kota, ada 6 kelurahan dan 9 desa. Dari jumlah tersebut, 3 keluarahan dan 6 desa terendam,” beber Sudirman.
Keluarahan dan Desa yang terendam meliputi Kelurahan Kapuas Hiri Hilir (KKI), Kelurahan Kapuas Kanan Hilir (Masuka) bagian pantai, dan Kelurahan Kampung Ladang bagian pantai. Selanjutnya ada Desa Teluk Kelansam, Tanjung Kelansam, Mungguk Bantok, Teretung, serta bagian pantai Desa Sungai Ana dan Baning Kota.
“Lokasi terparah berada di Desa Teluk Kelansam, Tanjung Kelansam, Mungguk Bantok, dan Desa Teretung. Ketinggian banjir di daerah ini berkisar 2-3 meter. Sedangkan di daerah lainnya relatif lebih dangkal,” ucapnya.
Dari data yang dikumpulkan pihak Kecamatan Sintang Kota, sekitar 300 rumah warga terendam. “Kegiatan perekonomian masyarakat, terutama petani dan penyadap karet lumpuh. Cukup banyak ladang dan kebun karet masyarakat yang ikut terendam,” kata Sudirman.
Untuk mengatasi dampak banjir ini, pihak Kecamatan Sintang Kota mengaku sudah membuat laporan lisan kepada Pemkab Sintang melalui Dinas Sosial. “Besok (hari ini, red) kita rencanakan akan membuat laporan resmi ke Dinas Sosial. Kita berharap bantuan bahan kontak, seperti mie instant dan beras bisa segera disalurkan,” tukas Sudirman.
Kecamatan Sekadau Hilir, Ibu Kota Kabupaten Sekadau juga tidak luput dari hantaman banjir. “Sebagian Desa Tanjung, Desa Seberang Kapuas, dan Desa Sungai Ringgin terendam,” ucap Osvarinus, salah seorang tokoh pemuda Sekadau.
Menurut Oos, sapaan Osvarinus, tiga desa tersebut sudah mulai tergengan sejak tiga hari terakhir. “Tapi sore ini ketinggian air relatif bertahan. Mudah-mudahan air bisa segera surut,” harapnya.
Selain di Kecamatan Sekadau Hilir, beberapa kecamatan di Kabupaten Sekadau juga ikut tergenang banjir. Di antaranya Kecamatan Belitang Hilir, Belitang Hulu, dan Sungai Ayak.
Di Kabupaten Sanggau, banjir juga merendam sebagian Kecamatan Sanggau Kapuas, Ibu Kota Kabupaten Sanggau. “Daerah yang terendam mulai berada di tepi Sungai Kapuas dan Sungai Sekayam, yakni Kelurahan Sungai Sengkuang, sebagian kawasan Kelurahan Tanjung Kapuas, dan Desa Sungai Muntik atau seputaran kawasan PT Erna,” ucap Fransiskus Meron S Sos M Si, Camat Sanggau Kapuas, tadi malam.
Akibat banjir itu, sebagian warga yang rumahnya terendam terpaksa membuat panggung didalam rumahnya. Panggung itu lah yang digunakan warga untuk tidur dan mengamankan barang-barang berharganya dari amukan banjir.
“Khusus di Kalurahan Sungai Sengkung dan Desa Sungai Muntik ketinggian air bervariasi, mulai 1 hingga 2 meter,” tukas Meron.
Sementara itu, akses jalan beberapa dusun di kecamatan Belitang Hilir Sekadau, terputus. Banyak petani kehilangan mata pencarian akibat banjir merendam sebagaian besar kebun milik warga di kecamtan belitang hilir.
“Banjir ini sudah sangat meresahkan kita semua. Jika hal ini terus berlangsung jelas membuat kita bersama kesulitan untuk bekerja. Sebab banyak karet milik warga yang terendam air pasang ini,” jelas Hamzah seorang warga Desa Sungai Ayak, kemarin.
Pantauan tampak di lapangan beberapa rumah warga sudah di masuki air, seperti di Desa Sungai Ayak I dan Dusun Sungai Ayak II tepatnya di penajung. Meski demikian, warga setempat belum ada yang mengungsikan barang-barang miliknya.
Arus sungai Kapuas yang terbilang masih jinak belum ada yang menyebabkan kerugian secara materi yang cukup berarti selain kebun milik warga yang terendam banjir, ataupun korban jiwa.
“Bantuan dari pemerintah tentu lah di harapkan semua warga yang menjadi korban banjir. Kalau tidak ada bantuan, mau tidak mau bertahan menunggu banjir surut baru bekerja lagi mencari jatah hidup,” lanjutnya.
Sementara Kapolres Sekadau AKBP Drs Adeyana Supriyana melalui Kapolsek Belitang Hilir, Ipda P Sitorus saat meninjau daerah banjir di pesisir sungai Kapuas, mengatakan, kita menyisir sungai Kapuas ini untuk melihat perkembangan yang terjadi selama banjir ini.
Kalau ada warga yang meminta tolong tetap akan kita berikan pertolongan langsung. Selain itu kita juga mengantisipasi terjadinya gangguan kamtibmas.
Camat Belitang Hilir, Abang Muhammad Saleh SSos mengatakan, selama banjir ini yang benar-benar lumpuh adalah jalan antardesa di kecamatan. Akibatnya, membuat warga kesulitan berobat karena sulit menjangkau Puskesmas.
Banjir ini belum ada yang harus di evakuasi dan warga masih diam atau tinggal di rumah masing-masing, meski banjir sudah masuk ke rumah.
“Hal itu disebabkan rata-rata rumah warga di belitang hilir terbilang tinggi. Kalau dulu untuk jalur pasar jika banjir seperti ini sudah sulit dilintasi, kini dengan tingginya jalan menjadi lebih gampang dan tidak sulit.
Daerah yang benar-benar sulit di jangkau seperti di penajung sungai ayak itu,” lanjut bapak satu cucu itu.
Camat Sekadau Hilir, Drs Johni MPd melalui selularnya mengatakan, sampai saat ini belum ada laporan tertulis dari pihak desa, mengenai desa-desa mana saja yang tertimpa musibah banjir. Kalau Desa Tanjung itu baru laporan lisan dari warga dan kita sudah minta perangkat desa untuk melakukan pendataan.
Hingga Minggu (10/1) kemarin, sekitar 100 lebih rumah warga di Desa Bahta Kecamatan Bonti, mulai digenangi air. “Sampai saat ini banjir masih bertahan. Sekitar seratus lebih rumah warga di sini telah digenangi air,” ungkap Kades Bahta, M Husin via selularnya, kemarin.
Ketinggian air berkisar 2,5 meter berhasil menenggelamkan hampir separuh bangunan rumah warga di Desa Bahta. Banyak warga yang terpaksa membangun panggung atau barak di rumah-rumah mereka.
Bencana alam tersebut membuat warga tidak dapat bekerja hingga kesulitan secara finansial. Ditanya apakah sejauh ini ada bantuan pemerintah daerah, dirinya mengakui belum ada. Padahal masyarakat mulai kesulitan.
Di Sungai Sengkuang, Kecamatan Kapuas, hingga kemarin air masih menggenangi kawasan tersebut. Jalan akses ke kawasan tersebut dilanda banjir. Warga yang ingin pergi ke Kota Sanggau terpaksa menggunakan sampan sebagai alat transportasi utama saat ini. Saat ini ketinggian air mencapai dada orang dewasa.
Tidak ada komentar: