SAMARINDA-Sebanyak 10 balita (bayi dibawah lima tahun) di Kaltim terjangkit penyakit Human Immunodeficiency Virus (HIV). Kesepuluh balita ini terdapat di dua kota besar di Kaltim, Balikpapan dan Samarinda. Mereka tertular HIV karena ibu mereka terjangkit HIV.
"Sampai saat ini, sudah 10 balita yang terjangkit HIV. Umumnya mereka terjangkit karena ibunya mengidap HIV," kata Kepala Seksi Penanggulangan Penyakit Menular (P2M) Dinas Kesehatan Kaltim Sutri Cahyono. Menurutnya penularan terjadi melalui ibu hamil penderita HIV kepada bayi yang dikandungnya.
"Penularan dari ibu ke anak juga dapat terjadi melalui air susu ibu (ASI). ASi dari ibu yang terinfeksi HIV juga terbukti mengandung HIV," kata Sekretaris Komisi Penanggulangan AIDS Kaltim A Syahran. Karena itu, ibu yang terinfeksi penyakit HIV dianjurkan untuk tidak menyusui bayinya. Sebagai gantinya, ibu itu dianjurkan menggunakan susu formula.
Namun, penggunaan susu formula ini juga harus tepat dan benar jumlah pengencerannya, pemberiannya, menggunakan air bersih dan matang. Susu botolnya juga harus dalam keadaan benar-benar bersih. Karena, menurutnya, resiko bayi meninggal dengan pembuatan susu formula yang salah sama besarnya dengan bayi yang disusui pengidap HIV/AIDS.
"Jika diketahui sang bayi sudah tertular penyakit HIV/AIDS. Sebaiknya pemberian ASI tetap dilakukan kepada bayi itu," ucapnya.
Sutri menjelaskan, balita yang terjangkit HIV hanya 7 persen dari 1.021 pengidap HIV di Kaltim. Dari 1.021 penderita HIV, sekitar 194 dinyatakan positif menderita Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS). Sekitar 61 persen dari penderita HIV itu adalah pria dan 39 persen wanita.
"Dari 1.012 penderita HIV itu, sekitar 80 persen adalah penderita usia produktif. Mulai dari 15 tahun hingga 54 tahun. Sekitar 54 persen adalah kaum muda berusia 25 sampai 34 tahun," ucapnya.
Penularan penyakit HIV itu terjadi melalui penularan penyakit HIV ada berbagai cara yakni melalui hubungan seks yang tidak terlindungi (menggunakan kondom) dengan orang yang terinveksi HIV, penggunaan jarum suntik secara bergantian dengan penderita HIV dan transfusi dari darah yang berasal dari penderita HIV.
"Karena itu, tak heran jika banyak dari pengguna narkoba yang menggunakan jarum suntik terkena HIV. Juga mereka yang sering ke lokalisasi dan mereka yang suka berganti-ganti pasangan," ucapnya.
Sutri juga menuturkan, saat ini, sekitar 45 persen penyebaran HIV lebih banyak melalui jarum suntik dibandingkan dengan hubungan seksual. "Dulu, penyebaran HIV lebih banyak melalui hubungan seksual. Sekarang, penyebaran lewat jarum suntik menjadi penyebab utamanya," katanya.
Tidak ada komentar: