BANJARMASIN-PT Hasnur Group memperluas perkebunan kelapa sawit di Kabupaten Tapin, Kalimantan Selatan, seluas 12.000 hektare. Pemilik PT Hasnur Group Sulaiman HB mengatakan pengembangan usaha perkebunan kelapa sawit itu dilakukan karena rasa keprihatinannya melihat hamparan lahan rawa yang tidak dimanfaatkan.
“Saya lihat hamparan lahan rawa kosong di sepanjang jalan khusus tambang batu bara menuju Sungai Puting Kabupaten Tapin tidak dimanfaatkan, sehingga saya berpikir mengembangkan perkebunan sawit ini,” katanya di Banjarmasin, kemarin.
Saat ini lahan perkebunan yang telah mendapatkan izin hak guna usaha (HGU) seluas 8.200 hektare dan sisanya sekitar 4.000 hektare sedang dalam proses. Setelah menjalani 2 tahun masa tanam kelapa sawit, pihaknya akan membangun perusahaan CPO di lokasi perkebunan.
Ke depan, sambungnya, perusahaannya juga akan mengembangkan perkebunan plasma yang diharapkan jumlahnya lebih besar. Dengan begitu, keuntungannya tidak hanya dirasakan oleh perusahaan, tetapi juga membawa manfaat bagi warga sekitar.
Kepala Dinas Perkebunan Kalsel Haryono mengatakan saat ini areal pertanaman kelapa sawit di Kalsel mencapai 288.725 hektare. Dari jumlah tersebut, kata Haryono, baru 180.000 hektare yang berproduksi.
Sementara itu, katanya, jumlah perusahaan CPO di Kalsel kini terus berkembang, hingga September telah mencapai 18 industri CPO. Ke depan jumlah tersebut akan terus didorong pertumbuhannya, sehingga Kalsel tidak hanya sebagai eksportir sawit tetapi juga barang jadi.
Sampai September 2009 produksi CPO mencapai 386.736,52 ton dan produksi inti sawit mencapai 80.012,51 ton, sedangkan areal konsesi untuk pengembangan perusahaan telah diterbitkan sampai 2008 mencapai 585.084,03 hektare.
Insentif investasi
Dalam kesempatan sama, Gubernur Kalsel Rudy Ariffin mengatakan pembangunan perkebunan dan sektor industri pengolahan merupakan salah satu target pengembangan ekonomi Kalsel ke depan.
Menurut dia, saat ini hingga akhir 2009 pihaknya konsentrasi pada pembangunan infrastruktur terutama jalan trans-Kalimantan bagian Selatan. Bila pembangunan infrastruktur cukup bagus, diharapkan pembangunan industri termasuk pengolahan bergerak lebih cepat.
Ruddy menjelaskan hingga kuartal III 2009, laju pertumbuhan ekonomi Kalsel masih ditopang sektor pertambangan, perdagangan, pertanian dan industri pengolahan dengan pertumbuhan ekonomi 3,75%.
Sementara itu, distribusi sektoral produk ragional domestik bruto Kalsel juga masih didominasi pertanian,yaitu 22,56%, pertambangan 21,84%, perdagangan, hotel dan restoran 15,03% dan industri pengolahan 10,36%.
Dilihat dari data tersebut, pertanian adalah penggerak ekonomi yang cukup potensial di Kalsel, sehingga menjadi salah satu prioritas untuk dikembangkan termasuk industri pengolahan selain pertambangan.
“Untuk mendukung itu kami akan siapkan regulasi yang tidak memberatkan pengusaha. Kami akan berikan insentif dan kemudahan untuk berinvestasi di Kalsel,” katanya.
Tidak ada komentar: