ENAK jadi polisi, keluar tengah malam pun istri takkan mencurigai. Dan Bripda Ciptadi, 51, berhasil memanfaatkan situasi ini dengan aman. Padahal sebetulnya, dia kelayapan malam bukan mengejar penjahat, tapi kelonan dengan wanita. Celakanya, ketika ketahuan istri dia bukan menyesal, justru Haryani, 43, disiram dengan wedang jarang (air panas). Jelas sang istri mbanyaki………
Kejahatan itu tak mengenal jam kerja, kapan saja bisa terjadi. Karenanya polisi sebagai institusi pemberantas kejahatan, jam kerjanya juga 24 jam. Pagi mengejar penjahat, malam mengejar bramacorah, itu biasa. Maka bagi keluarga polisi, suami atau ayah mereka kelayapan tengah malam selalu memaklumi. Tentu saja ini polisi-polisi kelas bawah. Buat yang petingginya sih, tengah malam ya tidur, tinggal terima laporan.
Dengan pangkat Bripda, jelas Ciptadi masih tingkatan polisi kelas bawah. Karenanya dia termasuk polisi yang blusukan setiap malam. Cuma jika tak ada peristiwa kejahatan, sasaran blusukan Ciptadi lain lagi, ke warung ayu dekat Pasar Sayur, Magetan. Dia di sini bisa betah berlama-lama. Sambil nyeruput kopi luak dia bisa gojegan dengan pemilik warung, janda Giyanti, 35, yang memang cukup ayu kebul-kebul.
Gara-gara kecantol dengan sijanda pemilik warung, dia jadi semakin males pulang cepat-cepat ke rumah. Apa istri tidak ngarep-arep (menunggu)? Oh tidak, karena Ny. Haryani sangat memahami profesi suaminya. Berangkat magrib pulang adzan subuh, itu sudah hal biasa bagi Bripda Ciptadi yang bayangkara negara itu. Dan, kesadaran istri semacam itu dimanfaatkan –atau disalagunakan– dengan sebaik-baiknya oleh Bripda Haryono.
Ny. Haryani baru mencurigai suaminya manakala gaji dari kantor tak pernah lagi utuh sampai rumah. Alasannya macam-macam memang, ada potongan ini itu, sumbangan tetek yang bengek. Padahal sesungguhnya, sebagian uang itu digunakan untuk membiayai “blusukan”-nya tiap malam bersama janda Giyanti. Maklum, Ciptadi kan bukan polisi Irjen Djokosusilo yang asetnya sampai Rp 42 M sejak ngurusi simulator SIM.
Fakta lain, ada juga informasi masuk bahwa suaminya punya WIL, janda pemilik warung dekat Pasar Sayur. Merujuk pada info tersebut, meski dirinya bukan anggota DPR Ny. Haryani segera melakukan studi banding ke warung itu. Tentu saka dia tak mengaku istrinya Bripda Ciptadi. Dia ke warung itu hanya pura-pura beli makanan apa. Tapi dari situ berhasil memperoleh data yang sesuai. Pemilik warung itu memang cantik, lebih muda lagi. “Pantesan suami jadi PLO (Polisi Lali Omah).” Gumam Haryani.
Malam harinya, seperti biasa Ciptadi tidak pulang. Kali ini tak lagi menganggap suaminye kajar penjahat, tapi sekedar cari nikmat. Maka diam-diam mendatangi warung itu. Ternyata benar. Di saat warung mulai sepi, tampak Ciptadi bergelayutan mesra di tubuh si janda montok. Keruan saja Haryani jadi mengkap-mengkap. “Pantesan betah ngelayap tiap malam, nggak tahunya punya gebedan di sini.” Omel Haryani tiba-tiba, membuat Bripda Ciptadi terkejut.
Tapi lelaki kan tak mau kalah, di mana saja. Bukannya menyesal, justru oknum polisi ini ambil gayung dan air panas dadi dandang segea disiramkan ke muka istrinya, byurrrrr! Tentu saja Ny. Haryani yang tak menduga seperti itu reaksi suami, tak bisa mengindar. Mukanya melonyoh, sehingga warga Kelurahan Kauman Magetan itu harus dilarikan ke rumahsakit. Kini Bripda Ciptadi jadi urusan kantor sendiri, gara-gara pelanggaran pasal KDRT.
Blusukan tiap malam, ternyata mblusuk dalam sarung. (DS/Gunarso TS)
Tidak ada komentar: