JAKARTA - Pertumbuhan konsumsi domestik kuartal I/2013 diprediksi melambat, sehingga laju pertumbuhan ekonomi kuartal I/2013 diproyeksi hanya berkisar 6,1%—6,2%.
Konsumsi domestik masih menjadi kontributor terbesar produk domestik bruto (PDB) dalam negeri. Konsumsi domestik sendiri terdiri atas konsumsi rumah tangga dan konsumsi pemerintah.
Latif Adam, Peneliti Ekonomi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) mengatakan, perlambatan kinerja konsumsi domestik kuartal I/2013 untuk komponen rumah tangga terutama dipicu tingginya laju inflasi Januari-Maret 2013.
“Tingginya inflasi akan menekan daya beli masyarakat, kemudian performa dari sektor konsumsi rumah tangga akan mengalami penurunan,” katanya saat dihubungi Bisnis, Minggu (5/5/2013).
Meskipun melambat, Latif meyakini konsumsi rumah tangga masih menjadi kontributor terbesar pertumbuhan ekonomi kuartal I tahun ini.
Jika menilik data Badan Pusat Statistik (BPS), laju inflasi kuartal I/2013 atau sepanjang Januari—Maret 2013 mencapai 2,43%, tertinggi setidaknya sejak 2009. BPS menunjukkan tingginya laju inflasi tersebut terutama disumbang dari kenaikan harga produk hortikultura.
Dalam catatan BPS, laju inflasi Januari—Maret sejak 2009 sampai 2012, berturut-turut, sebesar 0,36%, 0,99%, 0,7%, dan 0,88%.
Selain itu, Latif juga mengungkapkan melambatnya pertumbuhan penerimaan pajak pertambahan nilai (PPN) juga bisa menjadi indikator melambatnya pertumbuhan konsumsi rumah tangga.
Berdasarkan data Dirjen Perbendaharaan Kemenkeu, penerimaan PPN pada kuartal I/2013 mencapai Rp76,2 triliun dengan pertumbuhan hanya 15,5% year-on-year (yoy), lebih kecil dari pertumbuhan di kuartal I/2012 yang mencapai 25,3 % yoy.
Sementara itu di sisi konsumsi pemerintah, Latif mengemukakan belum optimalnya pengeluaran pemerintah pada kuartal I/2013 menyebabkan kontribusinya untuk lebih mendorong laju pertumbuhan ekonomi sulit diharapkan.
“APBN banyak permasalahan, baik dari sisi realisasi maupun sisi efektivitasnya. Kuartal I [2013] ini proporsi yang signifikan tersalur ke belanja rutin seperti subsidi dan gaji pegawai, bukan belanja modal sehingga multiplier effect dari pengeluaran pemerintah belum optimal,” paparnya.
Penyerapan belanja modal pemerintah pada kuartal I/2013 memang lebih kecil dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Data Kemenkeu menunjukkan pada kuartal I/2013, realisasi belanja modal hanya 5,6% dari pagu Rp184,4 triliun, menurun dibandingkan realisasi kuartal I/2012 yang mencapai 6,71% dari pagunya.
Di sisi lain, realisasi belanja pegawai pada kuartal I/2013 tercatat tinggi, mencapai 21,1% dari pagu Rp241,6 triliun.
Dalam struktur PDB kuartal I/2012, komposisi konsumsi rumah tangga mencapai 55%, sedangkan konsumsi pemerintah sebesar 7%.
Adapun sepanjang 2012, komposisi konsumsi rumah tangga mencapai 54,6%, sedangkan komposisi konsumsi pemerintah mencapai 8,9%.
Sumber: BISNIS.COM
Tidak ada komentar: