Presiden Iran Ahmadinejad |
Clinton tengah melakukan road show kampanye anti Negara Mullah itu di Timur Tengah. Sejak Sabtu (8/1), Clinton memulai kunjungannya ke tiga negara Arab di Teluk Persia. Kunjungan itu dilakukan menjelang perundingan Iran dengan kelompok 5+1 (Inggris, China, Prancis, Rusia dan Amerika Serikat (AS), plus Jerman) di Istanbul, Turki.
Dalam road show kampanye anti Iran itu, Clinton telah berkunjung ke Uni Emirat Arab, Oman dan Qatar. Ini merupakan lawatan kedua kalinya ke kawasan itu sepanjang dua bulan lalu. Masalah sanksi atas Iran merupakan salah satu isu pembicaraan Clinton dengan para pemimpin negara arab itu.
Clinton meminta negara-negara Arab meningkatkan tekanan dan memberian untuk memberikan sanksi kepada Iran, agar negara itu menghentikan program nuklirnya.
Bekas first lady AS itu juga mengatakan, negara-negara Arab memiliki peranan penting dalam membantu dimulainya perundingan damai Israel-Palestina dengan mempromosikan perluasan pemukiman Arab-Israel.
“Sanksi telah berjalan. Iran akan membuatnya semakin sulit apabila mereka tetap mempertahankan ambisi mengembangkan proyek nuklirnya,” kata Clinton dalam talk show di Pan-Am Arab TV, seperti dilaporkan rakyatmerdeka.co.di.
“Program nuklir mereka, dalam pengamatan kami mengalami hambatan. Kita masih punya waktu (mencegahnya), akan tetapi waktu kita tidak banyak,” timpal Clinton.
Clinton mengkompori negara Arab dengan mengatakan,“Apabila Iran sukses mengembangkan program nuklirnya, akan memicu perlombaan senja nuklir. Ini kepentingan utama negara arab di kawasan itu untuk mencegah Iran mendapatkan persenjataan nuklir.
Clinton juga menuduh Iran berupaya menciptakan konflik baru di timur tengah guna mengalihkan perhatian dunia dari ambisi nuklirnya. Khususnya konflik Israel dan Palestina.
“Kita tak dapat membiarkan permasalahn tersebut dialihkan, dan kita juga tak boleh membiarkan adanya pengaruh luar yang dapat mengganggu perdamaian Timur Tengah, karena hal tersebut dapat menjadi bencana buat kita semua,” timpal Clinton.
Aktivis HAM Dibui 11
Sementara itu, pemenang Nobel Perdamaian asal Iran Shirin Ebadi dihukum penjara selama 11 tahum atas dakwaan “mengancam keamanan negara”. Hal itu disampaikan pengacaranya, Nasrin Sotoudeh, kemarin.
“Klien saya dihukum 11 tahun penjara, dengan larangan mengadakan praktik hukum selama 20 tahun, dan mendapat larangan meninggalkan negara selama 20 tahun,” kata Sotoudeh.
Mahnaz Parakand, pengacara Ebadi yang lain, menambahkan, Ebadi ditahan karena melakukan membangkang pemerintah karena mendirikan organisasi the Defenders of Human Rights Center, tulis sejumlah media setempat.
Tidak ada komentar: