Jakarta (Bloomberg.com) |
Direktur IMF untuk Departemen Asia dan Pasifik Anoop Singh mengatakan pertumbuhan ekonomi yang terus menguat memang akan membawa tantangan baru. Tekanan inflasi yang terus meningkat, juga harga-harga di beberapa pasar properti akan mengalami pertumbuhan dengan tingkat sampai dua digit.
"Tapi karena penguatan pertumbuhan ekonomi ini, Asia masih terus akan menjadi tempat investasi yang menarik," kata Singh dalam konferensi pers di Bank Indonesia, Kamis 21 Oktober 2010.
Membaiknya ekonomi itu sendiri membuat IMF, merevisi ke atas proyeksi pertumbuhan kawasan Asia Pasifik menjadi 8 persen atau hampir 1 persen lebih tinggi dari proyeksi yang dibuat April lalu. Indonesia diperkirakan tetap akan tumbuh dengan kisaran 6 persen.
Namun Anoop Singh mengingatkan bahwa derasnya arus modal yang masuk ke Indonesia dapat menambah tekanan lanjutan terhadap harga-harga di dalam negeri, sehingga membawa pengaruh atas risiko inflasi. Untuk itu ia menyarankan agar pemerintah menyiapkan langkah-langkah berhati-hati untuk mengendalikan risiko inflasi dan membatasi peningkatan kerentanan pada sektor finansial.
Pada saat sekarang banyak hal yang masih bisa dilakukan mengingat pertumbuhan yang kuat terus akan berlangsung pada kawasan Asia-Pasifik.
Dalam penyampaian Regional Economic Outlook (REO), Anooph Singh menjelaskan bahwa mengelola arus modal masuk ke kawasan ini merupakan tantangan yang sulit. Tapi Anooph Singh tidak memberikan saran satu pun atas perlu tidaknya pengetatan arus modal masuk.
Ia hanya mengingatkan bahwa arus modal yang masuk memang menawarkan kesempatan dan juga membawa risiko potensial terhadap stabilitas keuangan.
"Memandang arus modal masuk itu ada dua yakni jangka pendek dan jangka panjang," katanya. Pada level jangka pendek, maka jangkauan perputaran uang memang akan cepat ini bisa diatasi dengan strategi-strategi kebijakan ekonomi.
Pada jangka panjang, ada baiknya arus modal masuk itu diarahkan ke infrastruktur agar pasar jangan sampai kelebihan likuiditas.
"Memang ini tantangan finansial dan saya percaya Asia memiliki perangkat komprehensif untuk mengtasi ini. Pada jangka pendek Bank Sentral telah mengambil langkah tersebut," kata dia.
Selain itu, secara garis besar Asia juga telah memiliki kebijakan fiskal soal nilai tukar. sumber : VIVAnews
Tidak ada komentar: