BANJARBARU-Lahan kritis di Kalimantan Selatan (Kalsel) mencapai 550 ribu hektare lebih dari total luas wilayah Kalsel 3,7 juta hektare. Kepala Seksi Evaluasi Daerah Aliran Sungai (DAS) Dinas Kehutanan Kalsel Ramliyadhi, Selasa (1/12), memperkirakan, luasan tersebut terus bertambah.
Dampaknya, kata dia, banjir yang terjadi di Kalsel dan Kalimantan Tengah (Kalteng) semakin lama dan besar. "Saat ini kita sedang menyelesaikan hasil penelitian lahan kritis yang baru. Mungkin akhir Desember diketahui pertambahan lahan kritis tersebut," katanya.
Hasil sementara, kata dia, total lahan kritis jauh lebih luas dibanding hasil penelitian 2003, karena adanya penambangan batu bara dan lih fungsi kawasan hutan.
Sementara proses rehabilitasi yang dilakukan Dinas Kehutanan Kalsel belum optimal, sehingga belum bisa mengurangi luas lahan kritis.
Akibatnya, kata dia, saat ini 13 DAS di Kalsel juga dalam kondisi kritis sehingga potensi banjir besar di Kalsel makin sulit dihindari. DAS yang kritis tersebut yaitu, DAS Barito yang meliputi Muara Teweh dan Murung Raya bagian Barat, Selatan serta Timur.
Dari Murung Raya Timur kata dia, masuk ke Kalsel melalui Sungai Tabalong kanan dan kiri, Sungai Balangan, Batangalai, Amandit, Sungai Tapin dan bermuara di Sungai Nagara.
Sedangkan untuk Sungai Barito bagian selatan yaitu Sungai Martapura dengan hulu sungai di Sungai Riam Kanan dan Riam Kiwa, kemudian masuk Sungai Martapura dan ke Sungai Barito.
Selanjutnya, kata dia, DAS Apukan di Kabupaten Barito Kuala, dan sungai di Kabupaten Tanah Laut dan Banjar. DAS lainnya, yaitu DAS Tabanio, Kintap, Satui di Batulicin, DAS Sampanahan, Cengal, dan DAS Pulau Sebuku dan Pulau Laut di Kabupaten Kotabaru.
Menurut Ramliadhi, rata-rata sungai tersebut mengalami pendangkalan karena sendimentasi yang luar biasa akibat alih fungsi lahan dan penebangan hutan. "Wilayah Kalsel rawan banjir saat musim hujan, perlu kewaspadaan semua pihak, karena dalam lima tahun ke belakang banjir selalu merata," katanya.Sumber:Antara
Tidak ada komentar: