ilustrasi pasar daging sapi (poto:beritajakarta.com) |
"Kita melakukan pengawasan yang ketat tehadap semua transaksi daging sapi dipasaran Kalteng. Diwilayah kita sedikit pedagangan yang menjual daging sehingga mudah untuk dipantau," kata Kepala Dinas Perkebunan dan Perternakan Kalteng Tute Lelo kepada wartawan, Kamis (19/8) di Palangkaraya.
Menurut Tute, seperti tahun-tahun sebelumnya, di Kalteng tidak pernah ditemukan daging gelongong dijual dipasaran. Walaupun saat bulan puasa dan lebaran, dimana permintaan daging cukup tinggi.
"Selain pengawasan yang ketat, juga pedagang daging di Kalteng tidak terlalu banyak, sehingga mudah diawasi. Dan para pedagang daging juga tidak mau membeli daging tersebut karena tidak mau kehilangan pelanggan. Makanya mereka tidak mau membeli daging yang tidak sehat,"”ujar Tute.
Sementara itu menurut Syarani seorang pedagang daging di Pasar Palangkasari Kota Palangkaraya dirinya mengaku tidak mau menjual daging gelonggong karena takut ketahuan dan para langganannya lari.
"Menjual daging gelongong itu keuntunganya hanya bersipat sementara dan kami tidak mau melakukan itu karena itu akan membuat langganan lari dan jelas kami jadi rugi kehilangan pelanggan," ujarnya, dikutif dari www.tempointeraktif.com, Sabtu (21/8/2010) malam.
Seperti diketahui Dinas Perkebunan dan perternakan Kalteng sendiri pada bulan puasa dan lebaran ini menyiapkan sekitar 1.705 ekor sapi.
Kebutuhan sapi untuk Kalteng mencapai 12.000 ekor per tahun, yang didatangkan dari luar sekitar 4.500 ekor. Sisanya 7.500 ekor dipasok dari masing-masing kabupaten kota.
Tidak ada komentar: