Ditegaskan, Awang, apalagi saat ini sudah banyak sekolah kejuruan yang bisa menghasilkan sumberdaya manusia (SDM) yang memiliki skill.
“Kaltim bisa kirim tenaga perawat dan kesehatan. Tenaga kerja yang memiliki skill begitu yang akan kita kirim ke luar negeri,” kata gubernur. Negara tujuan bisa Brunei Darussalam yang banyak membutuhkan tenaga perawat dan bidan. Tapi, terang Gubernur, tenaga kerja yang ber-skill baru akan dikirim ketika memang kebutuhan di Kaltim sudah terpenuhi.
“Kalau kita kirim tenaga kerja yang punya skill, gaji mereka juga lebih bagus ketimbang menjadi pembantu. Kalau kita kirim pembantu nasibnya bisa seperti Sumiati, disiksa majikannya,” sebutnya.
Gubernur menambahkan, Kaltim bisa mencontoh Filipina. Beberapa waktu lalu, saat bertandang ke negera itu, Awang melihat langsung tentang bagaimana Filipina menyiapkan tenaga kerja yang memiliki skill untuk di kirim ke luar negeri.
Salah satu negara yang menjadi tujuan tenaga kerja Filipina adalah Indonesia. Karena itu, banyak ditemui di negara itu lembaga pendidikan yang memberikan layanan kursus Bahasa Indonesia.
Sedangkan Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Disnakertrans) Kaltim Ichwansyah menyebutkan, sejauh ini Kaltim tak pernah sekalipun secara resmi mengirim tenaga kerja Indonesia (TKI) untuk kerja ke luar negeri.
Adanya, timpal Ichwansyah, TKI hanya transit di Kaltim. Dari data yang ada, para TKI yang pernah transit itu umumnya dari Sulawesi, Jawa, dan Nusa Tenggara Timur (NTT). “Kita tak pernah mengirim TKI, yang ada Kaltim menjadi daerah transit TKI yang dideportasi dari tetangga (Malaysia,” katanya.
Menurut Ichwansyah, jika memang ada TKI yang ber-Kartu Tanda Penduduk (KTP) Kaltim, kebanyakan mereka pendatang yang sengaja membuat tanda pengenal di kawasan utara, seperti di Nunukan, lantas mereka menyeberang ke negeri jiran.
Sebagaimana diketahui, persoalan TKI belakangan jadi isu hangat di level nasional. Ini setelah mencuat beberapa kasus penganiayaan oleh majikan terhadap TKI di luar negeri. Yang paling menyita perhatian publik adalah kasus kekerasan terhadap Sumiati, pembantu rumah tangga (PRT) yang bekerja di Arab Saudi. Sumiati disiksa majikannya, salah satunya dengan menggunting bibir perempuan tersebut.(*)







Tidak ada komentar: